1 Geomorfologi
Berdasarkan
relief, ketinggian, batuan penyusun dan stadia Wilayah, Kabupaten Konawe
Selatan secara umum dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) satuan morfologi
(gambar 2), yaitu :
- Satuan
Morfologi Pegunungan
- Satuan
Morfologi Perbukitan
- Satuan
Morfologi Kras
- Satuan
Morfologi Pedataran
1.1 Satuan Morfologi Pegunungan
Satuan morfologi pegunungan melampar dibagian
timur sekitar pegunungan Laonti dan Wolasi dan menempati ± 20 % dari luas
keseluruhan daerah penyelidikan, dengan ketinggian 300 m diatas permukaan laut.
Secara umum satuan
morfologi ini disusun oleh batuan
termalihkan hanya sebagian kecil disusun oleh batuan lainnya. Satuan ini
tertutupi oleh vegetasi yang sedang
hingga lebat dan setempat sebagian lahan perkebunan masyarakat.
1.2 Satuan
Morfologi Perbukitan
Satuan morfologi perbukitan tersebar
dibeberapa lokasi yaitu daerah Palangga, Kolono, Konda, Landono, dan setempat
di Tinanggea dan menempati sekitar 40 % dari keseluruhan luas daerah Konawe
Selatan, dengan ketinggian diatas 75 m dari permukaan air laut.
Satuan ini secara umum tersusun oleh
batuan dari “Malasa Sulawesi” yang tersebar di bagian utara, tengah sampai di
selatan daerah ini dan sebagian lainnya disusun oleh batuan malih, batu gamping
dan ultrabasa.
Satuan ini tertutup oleh lahan
perkebunan seperti kakao, cengkeh, mente, vanili dan tanaman lainnya dan
sebagian masih merupakan hutan yang bervegatasi sedang - lebat.
1.3 Satuan
Morfologi Kras
Satuan
morfologi kras tersebar di bagian timur yaitu sekitar daerah Moramo Pegunungan
Kumi-kumi dan menerus di teluk Wawosunggu dan setempat di Wolasi.
Satuan ini berada pada ketinggian ± 75 m – 500 m diatas
permukaan air laut. Pada satuan ini banyak dijumpai gua-gua kapur dan sungai
bawah tanah serta umumnya tertutupi oleh tanaman keras, satuan ini menempati
sekitar 15 % dari keseluruhan luas daerah Konawe Selatan.
1.4 Satuan Morfologi Pedataran
Satuan
morfologi pedataran tersebar cukup luas dan malampar disekitar daerah
Tinanggea, pesisir pantai, Kolono, Roda, Landono, Palangga, Lainea, Konda dan
Ranomeeto. Satuan ini menempati sekitar 25 % dari keseluruhan luas wilayah
Kabupaten Konawe Selatan dengan ketinggian dibawah 75 m dari permukaan air
laut.
Satuan morfologi pedataran dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai lahan persawahan, pertambangan, perkebunanan dan pemukiman.
2 S t r a t i g r a f i
Berdasarkan
ciri fisik yang dijumpai di lapangan serta kesebandingan yang dilakukan
terhadap Peta Geologi Lembar Kolaka (T.O Simanjuntak dkk, 1994, P3G) dan Peta
Lembar Geologi Lasusua Kendari (Rusmana dkk, 1993), batuan penyusun daerah
Konawe Selatan dapat dikelompokkan kedalam 9 (sembilan) satuan yang terdiri
dari batua tua ke batuan lebih muda adalah sebagai berikut :
2.1 Satuan Batupasir Malih
Satuan
batuan ini tersebar dibeberapa lokasi di daerah Konawe Selatan yaitu daerah
Boroboro, Wolasi, Kolono dan sekitar Angata. Satuan batupasir malih ini terdiri
dari batupasir termalihkan dengan berbagai variasi, ukuran butir yaitu serpih
hitam, serpih merah, filit, batu sabak dan setempat kwarsit.
Satuan
ini telah mengalami tektonik yang sangat kuat dan berulang-ulang. Hal ini
diperlihatkan dengan keadaan sekarang yaitu umumnya terlipat, terkekarkan, tersesarkan,
selain itu hampir seluruh singkapan yang dijumpai mengalami perombakan yang
kuat. Berdasarkan ciri fisik yang dijumpai, satuan ini dapat disebandingkan
dengan Formasi meluhu berumur Trias - Trias Akhir, satuan ini memiliki
ketebalan tidak kurang dari 1000 m. Beberapa ahli mengetahui satuan ini disebut
sebagai batuan “tak perinci” (Sukamto, 1995) Metharmorfic roch (Kartadipoetoa,
1993).
2.2 Satuan Batugamping Malih
Satuan
batugamping malih, tersebar di bagian tenggara dan selatan Kabupaten Konawe
Selatan yaitu di sekitar daerah Moramo, dan Kolono. Satuan ini didominasi oleh
batugamping yang termalihkan, lemah, selain itu satuan ini juga disusun oleh
lempung yang tersilikatkan dan kalsilutit.
Satuan batugamping malih secara umum
telah mengami deformasi kuat, sehingga batuan dari satuan ini umumnya telah
tersesarkan dan terkekarkan. Berdasarkan ciri fisik yang dijumpai di lapangan,
satuan ini dapat disebandingkan dengan Formasi Laonti yang berumur Trias Akhir.
Satuan yang memiliki ketebalan ± 500 m ini memiliki hubungan yang saling
menjemari dengan Formasi Meluhu sebanding dari satuan batupasir malih.
2.3 Satuan
Ultrabasa
Satuan
ultrabasa tersebar dibagian selatan daerah Konawe Selatan yaitu disekitar
daerah Torobulu, Moramo dan Daerah Trans Tinanggea bagian Selatan. Satuan
ini terdiri dari peridotit, dunit, gabro, basal dan serpentinit.
Secara
umum satuan ultrabasa ini telah mengalami pelapukan yang kuat, sehingga soil di
sekitar daerah yang tersusun oleh batuan ini sangat tebal. Batuan ultrabasa ini
diperkirakan merupakan batuan tertua dan alas di mandala Sulawesi Timur dan
diduga berumur Kapur Awal.
Satuan
ini bersentuhan secara tektonik dengan batuan Mesozoikum dan Paleogen dan
secara tak selaras tertindih oleh batuan sedimen tipe Molasa Neogen dan Kuarter
(T.O Simajuntak dkk, 1993).
2.4 Satuan Konglomerat
Satuan
ini tersebar pada bagian selatan yaitu di sekitar Tinanggea bagian selatan,
satuan ini terdiri dari konglomerat, batupasir, lempung dan serpih.
Satuan
Konglomerat menindih secara tidak selaras satuan batuan yang ada di bawahnya.
Berdasarkan kesamaan fisik yang dijumpai, satuan ini dapat disebandingkan
dengan Formasi Langkowala, plandua, berumur Miosan Akhir hingga Pliosen, dengan
memiliki ketebalan berkisar 450 m.
2.5 Satuan Kalkarenit
Satuan
ini tersebar di bagian Selatan daerah Konawe Selatan yaitu disekitar daerah
Lapuko dan Tinanggea. Satuan ini terdiri dari kalkarenit, batugamping, koral,
batupasir dan napal.
Berdasarkan kesamaan fisik yang
dijumpai, satuan ini dapat disebandingkan dengan Formasi Emoiko berumur
Pliosen. Satuan ini mempunyai ketebalan berkisar 200 m dengan lingkungan
pengendapan laut dangkal hingga transisi.
2.6 Satuan
Batulempung
Satuan
tersebar dibagian Selatan daerah Konawe Selatan yaitu disekitar sebelah Selatan
Lapuko, yang terdiri dari lempung, napal pasiran dan batupasir. Satuan ini
memiliki hubungan yang saling menjemari dengan satuan kalkarenit. Berdasarkan
kesamaan fisik yang dijumpai di lapangan, satuan ini dapat disebandingkan
dengan Formasi Boipinang, berumur Pliosen. Satuan ini memiliki ketebalan
berkisar 150 m dengan lingkungan pengendapan transisi hingga laut dangkal.
2.7 Satuan
Batupasir
Satuan
ini tersebar dibagian Selatan daerah Konawe Selatan yaitu disekitar daerah
Palangga, Tinanggea dan Motaha. Satuan ini terdiri dari batupasir, konglomerat
dan lempung.
Berdasarkan kesamaan fisik yang
dijumpai di lapangan, satuan ini dapat disebandingkan dengan Formasi Alangga,
yang berumur Pliosen. Satuan ini memiliki ketebalan berkisar 250 m dengan
lingkungan pengendapan darat hingga transisi dan menindih secara tak selaras
semua batu-batuan yang berada dibawahnya.
2.8 Satuan
Batugamping Koral
Satuan
ini tersebar dibagian Selatan daerah Konawe Selatan yaitu disekitar daerah
Torobulu. Satuan ini terdiri dari batugamping koral, dan batugamping pasiran
memiliki ketebalan berkisar 100 m. Berdasarkan kesamaan fisik yang dijumpai di
lapangan maka satuan ini dapat disebandingkan dengan Formasi Buara. Berumur
Pliosen hingga Holosen dengan lingkungan pengendapan laut dangkal. Satuan ini
memiliki hubungan yang menjemari dengan satuan batupasir dan menindih secara
tidak selaras satuan batuan yang berada dibawahnya.
2.9 Satuan
Aluvial
Satuan
ini tersebar disekitar aliran sungai besar, pantai dan rawa di daerah Konawe
Selatan. Endapan Aluvial yang ada merupakan endapan sungai, pantai dan rawa,
berupa kerikil, kerakal, pasir, lempung dan Lumpur. Endapan alluvial merupakan
satuan batuan penyusun yang paling muda dan menindih secara tidak selaras
seluruh batuan yang berada dibawahnya berumur Resen dengan ketebalan tidak
lebih dari 20 meter.
3
Struktur Geologi
Daerah
ini tidak dapat dipisahkan dengan proses tektonik yang telah dan mungkin masih
berlangsung di daerah ini, dimana diperlihatkan oleh kondisi batuan terutama
oleh batuan yang berumur Pra tersier yang umumnya telah mengalami perlipatan
dan perombakan yang cukup kuat dan berulang-ulang.
Struktur
Geologi yang dijumpai di daerah Konawe Selatan, meliputi lipatan, kekar dan
sesar (gambar 3). Lipatan dapat dijumpai dibeberapa tempat dimana batupasir
malih tersingkap, namun sangat sulit untuk menentukan arah sumbu lipatannya
karena telah terombakkan.
Kekar
dijumpai hampir seluruh satuan batuan penyusun daerah ini, kecuali alluvium dan
batuan kelompok batuan Molasa yang tidak terkonsolidasi dengan baik. Sesar
utama yang terjadi di daerah ini dapat dijumpai di daerah Kolono, yang mana
sesar Kolono ini hampir memotong seluruh batuan kecuali Aluvial.
by; Ramli, ST (04/12)
0 komentar:
Posting Komentar